Pengikut

Rabu, 18 Maret 2009

Demokratisasi Belajar


a. Makna Pendidikan yang demokratis

Demokratis berarti memperlihatkan memperlihatkan perilaku sepakat untuk dilaksanakan aturan yag diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Meskipun kata sepakat masih memilki sudut padang yang berbeda dan sukar diartikan secara utuh. Namun demokrasi masih mengharapkan kejujuran, keterbukaan dan kebebasan meskipun pengalaman selama ini menunjukan bahwa demokrasi sering terganggu berbagai benturan yang akhirnya tidak terselesaikan. Jika makna demokrasi adalah seperti yang disebut diatas, apakah yang dimaksud dengan pendidikan yang demokratis?

Berlawanan dengan masyarakat otoriter yang terus berusaha menanamkan sikap menerima secara pasif dan selalu memaksakan kehendak,maka masyarakat demokrat memandang tindakan demokrasi harus mengandung unsur sedikit-dikitnya dua, seperti (1) ”musyawarah dan mufakat secara bebas (tidak dipaksa), wajar dan jujur, (2) kebebasan untuk mengungkakan ide-ide secara terbuka, wajar, positif, benar dan santun.

Skenario pembelajaran tidak dapat tidak harus memiliki nilai-nilai demokratis adalah tidak mungkin membentuk sikap siswa yang demokratis dan santun dengan menggunakan bahan- bahan dan cara- cara pengajaran yang tidak demokratis. Keatifan siswa dalam pembelajaran yang bernuansa demokratis –konstruktivistik merupakan unsur yang sangat penting dalam menentuan kesuksesan belajar. Pembelajaran konstrutivis akan dapat berlangsung dengan baik jika di dukung oleh suasana pembelajaran yang kondusif (aman,nyaman,menyenangkan dan demokratis).

Dalam pembelajaran yang menganut teori konstruktivis memandang bahwa kesuksesan dalam pembelajaran terjadi lebih banyak ditentukan juga karena karsa induvidu (Degeng,1998). Pernyataan Degeng tersebut sesuai dengan sebagaimana dikatakan Gray (1991) bahwa konstruktivis berdasarkan pada pengetahuan yang di bangun atas prakarsa diri sendiri oleh si belajar secara aktif melalui pengembangan proses mentalnya, si belajarlah yang membangun dan meciptakan makna pengetahuannya. Agar siswa dapat aktif atas prakarsa diri sendiri dalam proses pembelajaran, pemberian kebebasan yang positif yang seluas – luasnya secara demokratis kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar merupakan hal yang esensial. Hanya di alam yang penuh dengan kebebasan demokratis siswa dapat mengungkapkan makna yang berbeda dari hasil interpretasinya terhadap sesuatu yang dipelajarinya atau sesuatu yang ada didunia nyata sekitarnya. Jadi kebebasan demokratis menjadi kebebasan esensial didalam lingkungan belajar dan sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa sebagai subjek dituntut melakukan pengaturan diri dalam belajar.

Konstruktivistik memandang bahwa pengetahuan adalah bersifat temporer, selalu berubah – ubah dan tidak menentu. Belajar diartikan sebagai usaha membangun pengetahuan dari penegalaman konkrit,aktivitas kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Mengajar adalah menata lingkungan agar si belajar termotivasi untuk mencari,menggali, menemukan makna serta mampu mengahargai ketidak menentuan dan keberagaman (Brooks dan Brooks,1993)

Siswa akan memiliki pemahaman mendalam (deep understanding) yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam merefleksi dan menginterpretasikannya. Selanjutnya mind berfugsi sebagai alat untuk mengenterpretasi peristiwa, okyek atau perspektif yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik dan induvidualistik.

b. Demokratisasi Belajar

Tantangan dunia pendidikan kedepan adalah mewujudkan proses pendemokrasian yang mencerminkan bahwa belajar adalah atas karsa siswa, bukan pemaksaan dari guru. Demokrasi belajar berisi pengakuan hak siswa untuk melakukan tindakan belajar sesuai dengan karakteristiknya. Prasyarat terbentuk masyarakat belajar yang demokratis antara lain adanya pengemasan pembelajaran yang beragam dengan cara pengahapusan penyeragaman kurikulum, strategi pembelajaran, bahan ajar, evaluasi dan ada implementasi kecerdasan kerendahan hati guru.

Kebebasan unsur penting dalam lingkungan belajar yang demokratis. Penataan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosional. Lingkungan belajar yang demokratis memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan pilihan- pilihan tindakan belajar dan akan mendorong anak terlibat secara fisik,emosional, dan mental dalam proses belajar, karena itu dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.

Ini merupakan kaidah yang sangat penting dalam melakukan penataan lingkungan belajar. Setiap siswa satu persatu perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya. Prakarsa siswa untuk belajar akan terlindas mati bila kepada mereka dihadapkan pada berbagai aturan yang tidak ada kaitannya dalam belajar. Banyaknya aturan yang sering kali dibuat oleh guru dan harus diataati oleh siswa menyebabkan siswa selalu diliputi rasa takut lebih jauh lagi ,anak akan kehilangan kebebasan berbuat dan melakukan kontrol diri.

Apa yang akan terjadi bila siswa selalu dikuasai rasa takut?siswa ini akan mengembangkan pertahanan diri dan karena itu yang dipelajri siswa bukanlah pesan-pesan dari pembelajaran tetapi cara-cara untuk mempertahankan diri untuk mengatasi rasa takut. Siswa yang mengalami peristiwa seperti ini tidak akan mengalami growt in learnig, dan akan selalu menyembunyikan ketidak mampuannya.

Disamping kebebasan hal yang penting juga perlu ada dalam ligkungan belajar yang demokratis adalah realness, sadar siswa mempunyai kekuatan di samping kelemahan, mempunyai keberanian di samping rasa takut dan rasa cemas, bisa dimarah di samping bisa gembira. Realnees bukan hanya harus dimilki oleh siswa, tetapi juga guru yang terlibat dalam proses pembelajaran. Perwujudan kebebasan harus didukung oleh kecerdasan kerendahan hati guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru memahami kemampuan dan kelebihan yang ada pad diri siswa, sehingga anak bisa mengembangkan potensi dirinya.

Lingkungan belajar yang bebas yang didasari oleh realnees dan kecerdasan kerendahan hati semua pihak yang terlibat akan menumbuhkan sikap dan presepsi yang positif terhadap belajar. Belajar akan dilihat sebagai suatu aktivitas yang membahagiakan dan menggairahkan. Bimbinglah siswa mengembangkan sikap dan presepsi yang positif agar dia betah dan memperoleh kenikmatan dalam beajar. Siswa akan mendapat pengetahuan dan pengalaman yang holistik dan bermakna di dalam kehidupannya. Siswa akan merasa tidak nyaman berada didalam lingkungan belajar jika tidak sepenuhnya terlibat di dalam kegiatan belajar. Demikian pula jika siswa tidak memiliki sikap yang positif dan santun terhadap tugas-tugas belajar, siswa tidak akan mengerahkan semua usahanya untuk mengerjakan tugas – tugas tersebut. Atas dasar ini maka upaya awal yang harus dikerjakan oleh guru agar pembelajaran lebih efektif adalah mengembangkan sikap yang santun serta perspsi yang positif tentang belajar. Degan kata lain pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan siswa.

Ketiga hal ini (kebebasan,realnees, dan sikap serta presepsi yang positif terhadap belajar) menjadi modal dasar untuk memunculkan prakarsa balajar. Tanpa sikap yang santun dan presepsi yang positif belajat mungkin tidak akan pernah terjadi. Tanpa realnees dan kerendahan hati mungkin perlakuan-perlakuan guru terhadap siswa tidak menimbulkan rasa aman. Demikian pula tanpa kebebasan siswa tidak akan belajar dengan caranya yang terbaik. Di samping untuk menumbuhkan prakarsa belajar penataan lingkungan yang demokratis dengan memberikan pilihan untuk melakukan tindakan belajar juga sangat penting untuk mengembangkan kemampuan mental yang produktif. Dewasa ini diakui bahwa tujuan terpenting dari pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan mental ang memugkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan caranya sendiri dan menemukan sendiri dari apa yang ia ingin pelajari. Kemampuan mental yang produktif dapat trbentuk secara optimal hanya apabila siswa mendapat kebebasan,kedamaian, dan kasih yang cukup untuk bertindak secara mandiri tanpa dikekang oleh aturan-aturan yang tidak ada kaitannya dengan belajar.

0 komentar on "Demokratisasi Belajar"

Posting Komentar

 

kampung anak Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez