Pengikut

Sabtu, 21 Maret 2009

PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ”ASYIK DAN DEMOKRATIS”


Demokrasi diruang kelas

Oleh : Marlina, SY, S.Ag.

tentang penulis

Marlina, S.Ag. Ibu berkaca mata dengan 2 anak ini lahir di Pontianak, 12 Mei 1976. Beliau adalah lulusan dari Program Studi Tarbiah Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak tahun 1999. Status Pegawai Negeri Sipil diperoleh tahun 2005. Beliau kemudian ditemptkan di MAN Ngabang sebagai guru Sejarah, Aqidah Ahlak, dan Bahasa Indonesia sampai sekarang. Di tahun ajaran 2006/2007 beliau dipercaya menjadi wali kelas XII IPS 2.


Pengantar
Pelajaran Sejarah yang diberikan di kelas XII banyak menyajikan materi-materi yang bersifat pemahaman akan cerita yang pernah muncul pada masa lalu sampai saat ini, di dalam maupun di luar negeri serta keterlibatan Indonesia dalam kancah politik, ekonomi, dan sosial budaya di dunia internasional.
Pengunaan metode problem solving yang dalam bahasa sangat sederhana saya sebut dengan ”metode arisan”, merupakan suatu pilihan metode yang saya anggap tepat dalam menggali pengetahuan siswa akan pelajaran Sejarah. Karena prosesnya sama seperti bermain arisan pada umumnya, materi itu sendiri sudah disesuikan dengan materi yang ada pada kurikulum tapi disepakati bersama siswa dalam proses pembelajaran.
Kesepakatan ini penting, karena dengan keterlibatan siswa dalam penentuan materi dari topik yang diajarkan, siswa-siswa akan merasa senang karena kebutuhan mereka untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan akan dapat dipenuhi. Sebaliknya bagi guru, dengan memberikan kepada siswa-siswanya untuk mengusulkan apa yang dibahas dari topik yang akan disajikannya, merasa terbantu dalam melaksanakan tugas pembelajaran dan mampu memenuhi harapan siswa, sehingga suasana belajar menjadi sangat meyenangkan.
Peran guru hanya memfasilitasi saja semua kegiatan siswa dan setiap siswa secara otomatis mampu menempatkan posisinya masing-masing sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Metode ini dapat digunakan pada semua tipe siswa terutama pada siswa yang menyukai pembelajaran yang sifatnya tidak monoton dan gemar membaca, karena banyak membuka peluang bagi siswa untuk menemukan informasi-informasi baru dari berbagai literatur yang mereka dapatkan, walaupun ada keterbatasan dalam penyediaan literatur karena tidak semuanya tersedia di sekolah dan mereka bisa mencari di tempat lain. Dalam pelajaran Sejarah, lebih banyak jam pelaksanaannya pada program IPS daripada IPA, oleh karena itu metode ini lebih tepat diterapkan di kelas XII IPS.

Penerapan ”Metode Arisan”dalam Pelajaran Sejarah.
Munculnya ide pembelajaran dengan model ini sebenarnya hanya secara kebetulan saja sebab saya sudah menerapkan beberapa metode yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar. Awalnya ”metode arisan” saya coba terapkan sebagai permainan saja (game) dimana arisan yang dimaksud adalah ”arisan pertanyaan” yang dibuat oleh siswa sendiri. Caranya: masing-masing siswa diminta untuk membuat soal atau pertanyaan. Jika ada 40 siswa maka akan ada 40 pertanyaan. Kemudian pertanyaan itu dimasukkan kedalam kotak untuk dikocok terlebih dahulu. Sebelumnya saya meminta siswa agar bersedia untuk menjadi penilai untuk membantu saya melakukan penilaian sebanyak satu orang, dua orang siswa lain ditunjuk sebagai pencatat angka keberhasilan siswa menjawab pertanyaan yang dimasukkan kedalam format yang telah disepakati bersama. Tim penilai ini berperan sebagai pembantu proses.
Setelah itu saya mempersilakan siswa yang telah siap untuk maju dan mengambil satu soal yang terdapat dalam kotak arisan yang terletak di depan kelas. Siswa itu membacakan soal di depan teman-temannya dan tim penilai. Setelah soal dibacakan maka siswa yang bersangkutan harus menjawab pertanyaan tersebut. Jika jawaban benar, maka ia akan mendapat nilai sesuai dengan angka tertinggi yang sudah disepakati, misalnya jawaban benar diberi nilai 10. Namun jika jawabanya salah maka harus membuat soal baru dan harus ikut babak kedua, hal inipun disepakati oleh semua siswa. Hanya ada tiga kali pengulangan soal bagi siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan yang diambilnya. Dari penerapan metode ini tidak ada satupun di antara siswa yang mengulang lebih dari tiga kali. Dengan mengunakan metode ini saya dapat menyelesaikan pembelajaran topik yang ada secara tuntas.

Contoh format penilaian:

No. NAMA Nilai Jawaban pada babak ke Keterangan
I II III
1 Agus 10 - -
2 Erni 10 - -
3 Erni yati 0 0 8
4 Ernowanto 0 9 0
5 Fauzan 0 0 8
6 ...................
7 ..................

Keterangan :
 Siswa nomor 1, ialah Agus, dengan sempurna dapat menjawab pertanyaan yang diambilnya dari kotak arisan, ia berhak mendapatkan nilai 10. Demikian pula halnya dengan Erni, yang juga mampu menjawab dengan sempurna.
 Sedangkan Erniwanto baru dapat menjawab soal yang ia ambil dari kotak arisan pada babak kedua, karena itu nilai yang ia dapatkan hanya 9. Erniyati dan Fauzan, masih gagal untuk memberikan jawaban yang benar, baik pada babak pertama maupun kedua, karena itu keduanya harus mengikuti babak ketiga. Nilai mereka pun hanya 8.

Perlu dikemukakan bahwa babak kedua dilangsungkan setelah babak pertama selesai ketika tidak ada lagi siswa yang dapat memberikan jawaban sempurna pada kesempatan pertama, demikian pula babak ketiga dilaksanakan setelah babak kedua. Nilai ditentukan bersama atas kesepakatan guru dan siswa.
Kelebihan dari pembelajaran dengan menggunakan metode ini, siswa lebih aktif dalam mencari materi-materi tambahan dari berbagai literatur selain dari buku paket yang telah tersedia dan siswa mampu untuk merancang soal yang bisa memberikan gambaran pemahaman materi yang telah dia pahami dan dituangkan dalam bentuk jawaban. Kelemahan yang masih terlihat adalah, bahwa masih banyak siswa yang setelah berhasil menjawab pertanyaan, mereka tidak lagi bersikap aktif.

Agar hal ini tidak terjadi, saya selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk bisa mencari sebanyak-banyaknya informasi berdasarkan materi yang ada. Motivasi ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh-contoh dari peristiwa sejarah. Hal ini akan semakin menarik perhatian siswa untuk tahu lebih banyak, karena materi yang ada masih membekas dalam ingatan mereka dan terdapat dalam kehidupan nyata.
Siswa terpacu untuk semangkin aktif dalam belajar dan bertanya, misalnya: ”Mengapa Kota Jerussalem menjadi rebutan tiga agama besar di dunia?” Di sini guru menjelaskan berdasarkan sumber-sumber yang ada dan juga menyarankan agar siswa membaca sumber-sumber bacaan yang disarankan olehnya, apakah itu dari buku di perpustakaan, ataupun dari sumber-sumber lain.

Pelajaran yang Diperoleh (Lesson Learned)
Dalam penerapan metode di atas, memang ada hambatan-hambatan, hambatan pertama adalah karena banyak siswa yang tidak memiliki buku paket dan minat baca kurang. Selain itu kondisi kelas yang kurang mendukung membuat konsentrasi siswa terganggu, hambatan ketiga adalah apabila jam pelajaran jatuh pada siang hari siswa sering kali kurang termotivasi karena cuaca panas, lelah, lapar, dan mengantuk. Walaupun terdapat beberapa hambatan, ini tidak mengurangi motivasi saya untuk membuat mata pelajaran Sejarah yang selama ini dianggap pelajaran yang paling membosankan menjadi pelajaran yang menyenangkan, rileks, dan tidak harus dibebankan pada hafalan nama, tanggal, dan tempat peristiwa sejarah berlangsung.
Dengan mengunakan metode pembelajaran yang menyenangkan membuat siswa termotivasi untuk belajar dan lebih mampu membuat pertanyaan dan memberi jawaban yang benar. Harus diakui situasi belajar dalam kelas bisa riuh, karena suasana siswa yang menyampaikan pendapatnya.
Metode di atas hanya sebagian kecil saja dari metode-metode yang dipergunakan dalam pelajaran Sejarah di sekolah. Untuk itu penerapannya di sekolah dimana saya mengajar tidaklah sulit karena sudah lazim digunakan. Kita selalu berusaha untuk mencari dan menemukan metode-metode baru yang lebih demokratis untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Ketika melaksanakan metode di atas sedikit banyak ada perubahan yang tampak pada saya sebagai guru dan siswa, baik perubahan itu terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan pada diri saya sendiri terlihat ketika secara sadar saya harus secara serius mempersiapkan dan merancang bahan ajar yang akan diajarkan kepada siswa, apakah itu menyangkut materi, media ajar dan pengkondisian suasana kelas dan ketika mengajar keseriusan itu tampak pada sikap menghargai, bertanggung jawab, terbuka, dan senang dengan siswa
Untuk siswa sendiri perubahan itu akan tampak pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, dimana siswa merasa bahwa mereka diajak serta dalam pembelajaran dengan meminta mereka ikut menentukan bahan ajar dari topik yang diajarkan, ikut memberikan penilaian atas jawaban temannya, dan termotivasi untuk bersikap aktif secara bersama bertanya dan mengeluarkan pendapat, siswa yang diam menjadi berbicara, yang tidak pernah memberikan tanggapan menjadi berani untuk berpendapat, ketika dia dipercaya oleh teman kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka tampil dengan percaya diri. Perubahan-perubahan itu tidak hanya terjadi dalam kelas saja, di luar kelaspun perubahan itu akan tampak walaupun masih baru sebatas bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan.
Sikap, keterampilan, dan keberanian siswa muncul dikarenakan telah diberi ruang dan peluang oleh guru melalui sikap terbuka, dan menghargai mereka sebagi siswa. Demikian pula sebaliknya siswa memberikan penghargaan lebih kepada guru, karena telah melakukan yang terbaik untuk mereka.

0 komentar on "PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ”ASYIK DAN DEMOKRATIS”"

Posting Komentar

 

kampung anak Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez