Pengikut

Sabtu, 21 Maret 2009

UPAYA MENGINTEGRASIKAN KOMPETENSI DASAR BERBAHASA INGGRIS MELALUI PERMAINAN “INTEGRATED SKILLS GAME”


Demokrasi diruang kelas

Oleh : Rudi, A.Md

tentang penulis
Rudi, A.Md. Guru Bahasa Inggris di MA Basiuni Imran ini dilahirkan di Sambas, 1 September 1971. Lulus di tahun 1995 dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP), Universitas Tanjungpura Pontianak. Bulan April 2007 diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, setelah selama kurang lebih 3 tahun menjadi guru bantu di MTs Basiuni Imran Sambas. Pria berpenampilan ramah ini mulai mengajar tahun 1997 di SMP Negeri 1 Sambas. Pernah mengajar di beberapa lembaga kursus Bahasa Inggris di Kota Pontianak dan Kabupaten Sambas, serta di lembaga pendidikan Diploma I Agricom Sambas.


Pengantar
Mata pelajaran Bahasa Inggris di Madrasah Aliyah Basiuni Imran di tahun ajaran 2006/2007, disampaikan oleh 3 orang guru yang masing-masing bertanggung jawab di setiap tingkat/kelas. Saya sendiri mengajar di dua kelas, yaitu kelas XI IPA dan XI IPS. Komposisi jumlah siswa di kedua kelas ini tidak berimbang. Kelas XI IPA terdiri dari 15 orang, sedangkan di kelas XI IPS jumlah keseluruhan siswanya 34 orang. Kemampuan rata-rata dalam berbahasa Inggris di kelas XI IPA dan IPS pun dapat dikatakan berbeda. Pada umumnya siswa di kelas IPA memiliki kemampuan yang lebih baik.
Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris yang ditetapkan adalah 50. Memang angkanya masih tergolong rendah, tapi inilah angka yang cukup realistis untuk dicapai oleh seluruh siswa di sekolah ini. Dengan SKBM seperti ini, hampir tidak ada siswa yang harus menempuh remedial pada ujian blok semester ganjil yang lalu.
Dalam proses pembelajaran, model dan metode yang saya terapkan cukup beragam. Dengan menerapkan berbagai metode belajar, siswa diharapkan bisa memenuhi keempat kemampuan dasar dalam berbahasa Inggris, yaitu reading (membaca), writing (menulis), listening (mendengarkan) dan speaking (berbicara).
Siswa yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris, saya motivasi untuk sering mempraktikkan kemampuannya, baik ketika berbicara kepada saya maupun kepada teman-temannya yang lain. Namun demikian, karena sebagian siswa di kelas XI IPS masih relatif sulit untuk menangkap pembicaraan dalam bahasa Inggris, maka saya mengurangi intensitas pemakaian bahasa Inggris di kelas ini. Menurut saya hal yang jauh lebih penting adalah efektivitas komunikasi yang terbangun antara guru dengan siswa, sehingga siswa mampu menangkap dan memahami materi pembelajaran dengan baik
Pada dasarnya, dari keempat kemampuan yang saya sebutkan di atas yang paling sering dipraktikkan siswa di sekolah ini adalah reading dan writing. Kemampuan listening beberapa kali pernah diuji coba, misalnya dengan memutarkan sebuah lagu dan siswa diminta untuk melengkapi kalimat lirik lagu yang kata-katanya tidak lengkap (missing word), atau dengan menonton rekaman siaran berita dalam bahasa Inggris melalui televisi dan siswa diminta untuk menulis inti dari berita yang disampaikan. Sedangkan untuk peningkatan kemampuan speaking upaya-upaya yang dilakukan belum memberikan hasil yang optimal.
Salah satu model pembelajaran yang pernah saya praktikkan, dan akan saya ceritakan di bagian selanjutnya dari tulisan ini, adalah Integrated Skills Game yang bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa dalam empat kompetensi dasar (membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara) tersebut.



Penerapan Permainan Integrated Skills Game
Permainan yang saya terapkan di kelas XI IPA dan XI IPS ini dilakukan di luar kelas, mengingat aktivitas dalam permainan ini membutuhkan adanya ruang yang luas dan dapat membangkitkan keriuhan (suasana yang gaduh). Apabila dilakukan di dalam kelas dikhawatirkan siswa tidak dapat bergerak secara leluasa dan akan mengganggu proses belajar yang berlangsung di kelas lain. Permainan ini menuntut setiap siswa turut aktif secara berkelompok. Keaktifan, kebersamaan dan kemampuan masing-masing anggota kelompok dalam melaksanakan tugas masing-masing pada akhirnya akan menentukan apakah mereka bisa memperoleh nilai yang terbaik atau terburuk.
Sebelum permainan dilakukan, terlebih dahulu saya menyiapkan beberapa lembar teks wacana singkat yang saya ambil dari penggalan cerita rakyat, misalnya cerita Cinderella. Isi teks yang saya pilih berbeda antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Dalam memilih teks, yang penting untuk dipertimbangkan adalah masing-masing teks tersebut sebaiknya memiliki tingkat kesulitan bahasa dan jumlah kata yang relatif berimbang.
Dengan bantuan komputer, kalimat-kalimat teks tersebut dapat ditulis dengan huruf yang besar dan tebal. Setiap kalimat diberi warna yang berbeda-beda, ini dimaksudkan supaya para siswa lebih mudah membacanya. Teks itu dilapisi dengan plastik (laminated) supaya tidak mudah sobek. Untuk memotivasi siswa, saya juga menyiapkan berbagai hadiah bagi juara pertama, kedua dan ketiga. Tidak perlu mahal, yang penting menimbulkan semangat untuk berkompetisi dengan sungguh-sungguh. Hadiah tersebut saya perlihatkan kepada para siswa sebelum memulai permainan.
Sebelum memulai permainan siswa diminta untuk mencari dan memilih anggota kelompoknya sendiri. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang dan mereka harus berbagi peran. Beberapa peraturan dasar permainan saya sampaikan kepada mereka. Mereka dapat bertanya untuk memperjelas maksud, ataupun memperbaiki dan menambah aturan tersebut, hingga terjadilah beberapa kesepakatan bersama. Aturan-aturan yang berhasil kami sepakati adalah: (1). Setiap anggota kelompok akan terlibat aktif sepanjang permainan, baik sebagai pembaca, pendengar, penulis, ataupun pembicara. (2). Peran-peran itu akan dimainkan secara bergiliran oleh setiap anggota kelompok. Khusus untuk posisi penulis, para siswa menyepakati untuk tetap dilakukan oleh orang yang sama. (3). Setiap kelompok akan memilih sendiri salah satu teks bacaan yang telah disediakan dengan cara pengundian. (4). Teks bacaan tersebut akan diletakkan di depan kelompok masing-masing dengan jarak kira-kira 4 meter. (5). Batas waktu untuk menyelesaikan permainan adalah 5 menit.

Setelah saya memberikan tanda dimulainya permainan, satu orang wakil dari masing-masing kelompok akan berlari menghampiri teks pilihan masing-masing. Mereka harus membaca kata atau kalimat yang ada di teks tersebut semampu mereka (kemampuan reading). Kalimat yang telah dibaca itu lalu disampaikan ke penulis yang telah ditunjuk dalam kelompok masing-masing (kemampuan speaking). Penulis harus mendengar dan mencatat kata atau kalimat yang disampaikan oleh temannya itu di atas selembar kertas (kemampuan listening dan writing). Kemudian anggota kelompok yang lain akan melanjutkan tugas teman sebelumnya untuk membaca bagian teks berikutnya dan melaporkan ke penulis. Begitu seterusnya, hingga waktu lima menit selesai.
Kemudian tibalah saatnya untuk menilai hasil kerja setiap kelompok. Setiap kelompok pada umumnya terlihat berhasil memindahkan kalimat-kalimat yang tertulis di dalam teks ke atas kertas kerja kelompok. Namun, sesuai aturan main yang berlaku kami tetap akan mencari kelompok-kelompok pemenang. Para siswa menyepakati bahwa pemenangnya adalah kelompok yang paling sedikit membuat kesalahan. Penilaian dilakukan secara silang, maksudnya kertas kerja dari satu kelompok dikoreksi oleh kelompok yang lain. Masing-masing kelompok tersebut akan mencocokkan tulisan yang terdapat di atas kertas kerja dengan teks bacaan yang sesuai, lalu menghitung kata-kata yang salah. Dari proses itu akhirnya dapat diperoleh pemenang pertama, kedua dan ketiga. Masing-masing kelompok pemenang mendapatkan hadiah yang sudah disediakan.
Selanjutnya para siswa kembali ke kelas untuk mengevaluasi jalannya permainan yang baru saja mereka selesaikan. Kami mencoba untuk mendiskusikan serta menarik beberapa kesimpulan dan makna-makna penting dari permainan tersebut. Para siswa mengatakan bahwa permainan ini membutuhkan keterampilan untuk menulis, membaca, mendengar dan berbicara. Permainan ini juga memerlukan ketelitian, konsentrasi, dan kerja sama supaya hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan memuaskan. Yang tidak kalah pentingnya adalah rasa senang yang dialami seluruh siswa, meskipun mereka mengaku agak lelah karena permainan ini cukup menguras energi. Bagi mereka akan lebih menarik apabila belajar bahasa Inggris dilakukan sambil bermain. Di akhir tatap muka saya meminta mereka memberikan masukan, bentuk-bentuk permainan seperti apa yang bisa dipraktikkan di pertemuan-pertemuan berikutnya.

Hambatan yang Dihadapi dan Upaya Mengatasi Hambatan
Dalam menerapkan pembelajaran bahasa Inggris saya menghadapi berbagai kendala, baik yang merupakan kendala yang bersifat umum maupun khusus.
Kendala umum yang saya temui adalah:
1. Minat sebagian siswa untuk menggali sumber belajar dan bersikap kreatif yang masih rendah. Peran guru masih cukup dominan, sehingga ketergantungan siswa terhadap guru cenderung tinggi, misalnya dalam menyiapkan bahan-bahan belajar, proses memahami materi belajar, serta untuk pengawasan dan bimbingan sepanjang proses belajar.
2. Minat baca siswa yang rendah, ditambah dengan kesulitan untuk melengkapi diri dengan berbagai bacaan sebagai penunjang belajar.

Sedangkan kendala khusus yang berkaitan dengan penerapan dan pengembangan model permainan dalam proses pembelajaran adalah :
1. Tidak semua siswa mau melibatkan diri secara aktif dalam permainan. Kondisi ini tergantung dengan kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Bagi siswa yang merasa dirinya tidak terlalu “pintar” biasanya cenderung akan mengambil peran yang kecil dalam kelompok dan lebih senang tergantung dengan teman sekelompoknya.
2. Permainan ini masih sulit digunakan untuk menilai kemampuan individual siswa karena penilaian hasil akhir dilakukan dalam format kelompok.
3. Sulitnya mengelola dan memanfaatkan waktu pertemuan/tatap muka yang terbatas untuk menyelenggarakan permainan, melakukan penilaian dan evaluasi terhadap permainan ini, serta menyaring masukan-masukan dari para siswa.
4. Sebagai guru, saya kadang-kadang masih mengalami kesulitan untuk menemukan dan memilih model-model permainan yang sesuai dengan kondisi/kemampuan siswa dan efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, sebagai guru saya menempatkan diri bukan hanya sebagai pengajar, tetapi sekaligus berperan sebagai inspirator dan motivator dalam membangkitkan semangat dan kesungguhan siswa dalam mempelajari bahasa Inggris, misalnya dengan:
1. Menyiapkan dan menggandakan berbagai sumber bacaan yang relevan dengan Kompetensi Dasar yang akan dibahas sebagai upaya untuk merangsang dan memberi contoh kepada siswa, sehingga di pertemuan berikutnya diharapkan mereka bersedia bekerja sama dalam mempersiapkan bahan-bahan belajar tersebut secara mandiri.
2. Mengajak siswa untuk memanfaatkan buku-buku yang ada di perpustakaan sebagai upaya untuk memperkaya literatur atau sumber bacaan, sekaligus meningkatkan minat baca mereka.
3. Membuat perencanaan, persiapan, dan “aturan main” yang lebih tegas. Aturan-aturan yang disepakati bersama ini harus ditaati oleh guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi seluruh siswa, menjamin optimalisasi hasil belajar, serta efisiensi waktu pembelajaran.
4. Menerapkan berbagai pengalaman dan model pembelajaran baru yang saya peroleh dari pelatihan-pelatihan untuk guru bahasa Inggris dengan memberikan beberapa modifikasi, sehingga cocok untuk diterapkan di kalangan siswa MA Basiuni Imran dan menambah variasi pembelajaran.

Manfaat Positif dari Proses Pembelajaran
Melalui model dan metode pembelajaran yang telah saya terapkan ini, terdapat sejumlah hal positif yang bisa ditemukan. Hal positif tersebut adalah terbangunnya kerja sama dan adanya penghormatan terhadap pendapat yang berbeda. Selain itu akan muncul kesadaran di diri siswa bahwa semua orang memiliki potensi atau kelebihan masing-masing, sehingga mereka tidak lagi saling memandang rendah. Sikap-sikap positif ini terbangun di dalam kelompok yang terbentuk, khususnya ketika mereka harus berbagi peran dan mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil akhir yang terbaik. Dengan seringnya bekerja sama, siswa akan berusaha menemukan kesamaan yang ada di antara mereka, dengan tetap menghargai keberagaman dan perbedaan. Menurut saya ini adalah pembelajaran yang berharga untuk memperkenalkan wacana pluralisme.
Dampak positif yang dirasakan siswa adalah bahwa mereka memperoleh pengalaman belajar dengan suasana yang lebih variatif dan menyenangkan. Perubahan suasana belajar dan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran, secara umum memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan yang telah dimiliki.
Interaksi siswa dengan guru juga akan terjalin dalam suasana komunikasi yang sehat. Misalnya ketika kami bersama-sama menyusun kesepakatan tentang aturan permainan, melakukan penilaian bersama, dan mengevaluasi permainan. Kebiasaan ini akan mendorong siswa untuk lebih berani menyampaikan keluhan, pendapat, dan kritik mereka, serta menyampaikan saran dan masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Keterbukaan para siswa ini membuat saya menjadi lebih fleksibel dan mau berkompromi, mendapatkan berbagai alternatif solusi dan masukan menarik yang menurut siswa dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan mereka. Masukan tersebut diantaranya adalah setiap awal pembelajaran bahasa Inggris mereka berharap dilatih untuk menulis kalimat-kalimat berbahasa Inggris, dibentuk kelompok-kelompok debat bahasa Inggris dan dilatih untuk menyusun potongan-potongan teks berbahasa Inggris.

Dari pengalaman saya menerapkan model pembelajaran seperti yang telah saya sampaikan di atas, terdapat beberapa catatan yang menurut saya cukup penting untuk dijadikan sebagai panduan dalam proses belajar mengajar berikutnya. Pertama, dalam proses pembelajaran seorang guru harus bisa membuat situasi dan kondisi belajar yang harmonis dan menyenangkan, sehingga setiap siswa merasa terlibat dan dilibatkan dalam “alam belajar”. Harapannya siswa menjadi berminat dan berusaha untuk belajar secara aktif dan bersemangat tanpa merasa dipaksa. Inilah menurut saya yang disebut dengan proses pembelajaran yang demokratis. Kedua, khususnya dalam pelajaran Bahasa Inggris, saya harus memperhatikan aspek kemampuan berbahasa itu sendiri dan pengalaman belajar yang diperoleh siswa. Para siswa memang dituntut untuk mencapai kompetensi tertentu dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Namun, akan menjadi lebih berarti apabila kompetensi-kompetensi ini dicapai melalui suasana belajar yang menyenangkan dan berkesan bagi siswa.

0 komentar on "UPAYA MENGINTEGRASIKAN KOMPETENSI DASAR BERBAHASA INGGRIS MELALUI PERMAINAN “INTEGRATED SKILLS GAME”"

Posting Komentar

 

kampung anak Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez